Wah, sejak jatuhnya tanaman hias jenis anthurium di Indonesia... belum terlihat geliat masyarakat untuk kembali menengok kebun tanaman hiasnya ato mengecek kembali bagaimana kondisi tanaman hias di serambi rumahnya. Hal ini cukup dapat dipahami, karena meningginya kasta anthurium yang secara signifikan berdampak pada meroketnya harga tanaman tersebut per daunnya tidak hanya memberikan keuntungan bagi sebagian orang tetapi juga menyisakan trauma yang cukup mendalam bagi sebagian yang lain. Magnet anthurium tidak hanya menarik para petani dan penggemar jenis tanaman hias daun (jika tidak disebut kolektor), tetapi juga menyeret mereka yang sebenarnya tidak paham atau tidak peduli sama sekali tentang dunia tanaman. Nah, untuk yang terakhir itu pasti misinya dah beda... Tidak perlu basa-basi, yang dikejar adalah uangnya, bukan? Inilah yang justru menjadi bom waktu bagi para petani tanaman hias karena harga anthurium di masyarakat sudah di luar kewajaran.
Terlepas dari semua di atas, sepertinya perlu diluruskan kembali konsep tanaman hias sebagai suatu icon keindahan yang mampu mempercantik hunian atau lingkungan sekitarnya. Saya yakin masyarakat sekarang lebih rasional dan pandai dalam memilih tanaman hias. Tanaman hias yang keren dan 'berkasta' tidak hanya anthurium. Meskipun pada kenyataannya, hegemoni anthurium telah usai. Lihat saja, tanaman hias jenis philo, sikas, encephalartos, plumeria, dan bonsai. Carut marutnya harga anthurium tidak menggoyahkan 'kasta' tanaman hias tersebut, sehingga harganya cukup stabil dan tidak kehilangan penggemar. Jenis tanaman hias lain yang juga tidak kalah keren namun harga masih cukup masuk akal antara lain bromelia, aglaonema, palem, dan adenium.
Berburu tanaman hias adalah kegiatan yang menyenangkan. Masih banyak jenis tanaman hias lain yang dapat kita buru karena keunikan atau kecantikannya. Lihat saja jenis cactus atau anggrek. Kita dapat berburu tanaman di petani langsung, di nursery-nursery tanaman hias, atau ke kios-kios tanaman hias. Biasanya ibu-ibu suka belanja tanaman hias di daerah pegunungan tetapi kurang memperhatikan karakter tanaman yang dibeli, sehingga sesampai di rumah malah layu. Tipsnya adalah:
1. Pastikan tanaman yang kita beli memiliki akar. Caranya adalah minta penjual untuk mencabut tanaman dari media/memperlihatkan akar tanaman, jika penjual tidak mau, sudah pasti tanaman tidak punya akar, dan silahkan pindah ke penjual yang lain saja.
2. Tanyakan karakter tanaman, terkait dengan iklim lingkungan di rumah. Tetapi kebanyakan penjual berprinsip dagangannya laku, sehingga tanaman-tanaman yang hanya dapat hidup di daerah pegunungan bisa saja dikatakan tidak masalah jika ditanam di daerah perkotaan.
3. Tanyakan harga tanaman di beberapa penjual, lebih baik lagi jika kita punya pembanding harga di wilayah lain ato kita sudah punya referensi harga pada ukuran tanaman yang sama. Hal ini untuk menghindari kita dikerjain oleh penjual.
4. Jangan memperlihatkan atau mengesankan minat kita pada satu tanaman saja ke penjual sehingga harga masih dapat ditawar-tawar dan penjual tidak mematok harga yang tidak wajar.
5. Tanyakan bagaimana cara perawatannya dan sampaikan kondisi di rumah kita sehingga
penjual dapat memberikan saran yang tepat agar tanaman dapat tumbuh dengan baik sesampai di rumah. Penjual yang baik akan menjelaskan dengan detil bagaimana cara merawat tanaman yang akan kita beli.
6. Pastikan penjual mengemas tanaman dengan baik dan tidak merusak bagian tanaman yang telah kita beli.
Nah, sekarang waktu yang tepat bagi Anda untuk mulai mencari kira-kira jenis tanaman hias apa yang Anda minati atau mungkin cocok untuk mempercantik taman atau halaman rumah Anda. Jika Anda minat pada satu jenis tanaman hias dan Anda menekuni dan mengembangbiakkannya dengan baik, ditata dengan rapi dan dikelompokkan sesuai ukurannya, bukan tidak mungkin akan ada orang yang akan membeli atau memborong tanaman tersebut dari tempat Anda. Siapa tahu akan menjadi hobi yang juga menghasilkan pendapatan tambahan bagi Anda, bukan? Selamat berburu tanaman hias... (Art/13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar